The pluralism city








Cerita tentang Imlek diKota Solo

 

Bukannya over proud, tapi  jika saya menobatkan suku paling toleran adalah suku Jawa. Bukan sebuah omong kosong belaka, tapi lihat saja kehidupan sehari – hari masyarakat Jawa. Sebagai contoh kecil adalah kota Solo, the spirit of Java.

Jika anda berkunjung ke kota Solo anda akan terbiasa berpapasan dengan orang Arab, China, dll. Dan mereka bukan turis, tapi warga berKTP Solo. Mereka hidup berdampingan tanpa bersinggungan.

Warga keturunan Arab sendiri banyak tinggal di wilayah kecamatan Pasar Kliwon. Jaman dulu oleh penduduk disebut Pekojan, suatu wilayah yang banyak bermukim warga Arab. Berdirinya Masjid Riyadh, di wilayah Pasar Kliwon menjadi symbol Pekojan disana. Dan juga banyaknya gerai gerai pakaian Muslim, toko Herbal, dan warung Sate kambing. Dimana warga Arab memang tidak bisa lepas dari daging kambing sebagai makanan sehari hari. Setiap tahun mereka mengadakan Haul. Dulu sewaktu SMP, dan kebetulan sekolah saya dilingkungan pekojan, saya pikir acara haul itu hanya untuk warga Arab. Di acara itu, ribuan warga Arab berkumpul di masjid Riyadh. Dan sekarang acara Haul sudah dihadiri oleh masyarakat dari hampir seluruh wilayah Indonesia. ( Sayang, kemarin ga foto foto karena macetnya Masya Allah).

Sedangkan warga keturunan Cina banyak bermukim di wilayah dekat Pasar Gedhe, tak jauh dari Kecamatan Pasar Kliwon. Di pasar Gedhe sendiri terdapat sebuah kelenteng tertua di kota Solo. Dan setiap menjelang imlek, Pasar Gede berhias ratusan lampion merah khas imlek. diPasar Gede, mudah sekali dijumpai komoditas khas warga china. Dari pakaian, makanan, sampai ramuan herbal.





Dimana orang Jawa tinggal? Diseluruh wilayah, disela sela mereka atau didesa desa. Orang Jawa yang menjadi penjembatan diantara mereka, hingga tercipta kedamaian di Kota Solo. Setahu saya konflik terhebat adalah kerusuhan Mei 98. Dan mungkin masayarakat Solo belajar dari peristiwa tersebut, dan tidak mau kejadian tersebut terulang. Adapun konflik justru terjadi antara beberapa perguruan silat,  dimana mereka mengganggap eksklusifisme masing masing, sehingga saling bersinggungan. Tapi biasa Aparat di wilayah Solo Raya ( Solo, Sukoharjo, Boyolali, Sragen, Karanganyar)selalu cepat tanggap bila ada konflik kecil terjadi. Heran ane, sepertinya mereka itu manusia jaman kerajaan yang hidup dimasa sekarang, atau mereka adalah para penjelajah waktu?

 

 

Komentar

Postingan Populer